Kala itu, istilah Nusantara digunakan untuk menyebut daerah di luar Majapahit yang perlu ditaklukkan. Jadi, pada masa Majapahit, istilah Nusantara dipahami sebagai pulau-pulau yang berada di luar pusat pemerintahannya yang berada di Jawa, tepatnya di Mojokerto, Jawa Timur.
Dapat dikatakan bahwa menurut Gajah Mada, sebagian Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) justru tidak termasuk dalam istilah Nusantara.
Hal ini karena kerajaan-kerajaan di tanah Jawa sudah berada langsung di bawah pemerintahan Majapahit. Kendati demikian, para sejarawan meyakini bahwa konsep kesatuan Nusantara sebenarnya dicetuskan oleh Kertanegara, raja terakhir Singasari. Ketika berkuasa, Kertanegara mencetuskan konsep Cakrawala Mandala Dwipantara, yang merupakan istilah untuk menyebut kepulauan Asia Tenggara.
Kertanegara membayangkan penyatuan kerajaan dan pemerintahan maritim Asia Tenggara di bawah Kerajaan Singasari. Dalam bahasa Sanskerta, dwipantara berarti kepulauan antara, yang maknanya sama persis dengan Nusantara.
Nusantara Mencakup Negara Tetangga
Istilah Nusantara juga muncul dalam Kitab Negarakertagama dan Pararaton, yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit.
Nusantara sendiri terdiri atas dua kata yang berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu nusa, yang artinya pulau, dan antara, yang berarti luar atau seberang.
Dalam Negarakertagama, Nusantara mencakup sebagian besar wilayah Indonesia saat ini dan beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Secara politis, kawasan Nusantara terdiri dari gugusan atau rangkaian pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia. Dalam perkembangan selanjutnya, Nusantara pernah digunakan dalam literatur berbahasa Inggris untuk menyebut Kepulauan Melayu.
Nusantara dalam penggunaan yang lebih luas mencakup tanah budaya dan bahasa yang berhubungan dengan Austronesia, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Filipina, Brunei, Timor Timur dan Taiwan, tidak termasuk Papua Niugini.
Padanan Nama Indonesia
Setelah majapahit runtuh pada abad ke-15, istilah Nusantara sempat terlupakan. Barulah pada awal abad ke-20, istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa yang juga merupakan tokoh pendidikan nasional.
Saat itu, Nusantara digunakan sebagai nama alternatif untuk menyebut Hindia Belanda, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Ketika Negara Kesatuan Republik Indonesia ditetapkan sebagai nama resmi Indonesia, Nusantara tetap digunakan hingga saat ini sebagai padanan nama Indonesia.
Sumber: Kemendikbud
Comment